Sinar
matahari mulai memasuki kamar Sinta melalui celah-celah jendela di kamarnya.
Sinta pun terbangun dan perlahan membuka matanya. Namun matanya terasa berat
dan sembab. Yahh.….. Tadi malam setelah menangis Sinta tertidur dengan
lelapnya. Tiba-tiba kepala Sinta pusing saat teringat pertengkaran orangtuanya
tadi malam. Kata-kata orangtuanya muncul satu persatu diotaknya dan tiba-tiba
kejadian itu terlintas jelas dibenaknya.
“Ma, Papa ingin
menikahi Nita, sekretaris di kantor Papa itu. Papa sangat mencintainya Ma,”
desak Papa.
“ Tapi bagaimana dengan
nasib Sinta? Apa Papa tidak memikirkan perasaan Sinta?” Kata Mama sambil
menguatkan hatinya.
“Baiklah, Papa akan
mengajak Sinta untuk membicarakan masalah ini.”
Air mata Sinta perlahan mulai menetes dan hatinya terasa
pilu sekali. Namun Sinta tak mau terlihat lemah, dia bangkit dan berjalan
menuju kamar mandi. Setelah selesai siap-siap, Sinta langsung menuju ruang
makan untuk sarapan bersama orangtua yang sangat dicintainya itu. Saat Sinta
duduk dilihatnya kedua orangtuanya itu, mata Mama terlihat sembab dan Papa sama
sekali tidak menyinggung masalah tadi malam. Setelah selesai makan, Sinta
beranjak dari tempat duduk dan berpamitan kepada orangtuanya sambil mengecup
kedua pipi dan tangan orangtuanya. Sinta lalu meninggalkan rumah.
Tak lama kemudian Sinta sampai di sekolah. Setelah duduk
dan mempersiapkan diri untuk belajar, bel masuk pun berbunyi. Siswa berhamburan
menuju kelas dan duduk di tempat masing-masing. Waktu terus berjalan, siswa
mengikuti pelajaran dengan tenang sampai bel yang dinantikan siswa-siswa pun
berbunyi. Siswa berhamburan meninggalkan sekolah dan menuju rumah
masing-masing, begitu juga dengan Sinta. Selama perjalanan Sinta hanya melamun
sampai dia tak sadar bahwa dia sudah sampai rumah . Sinta mengucapkan salam dan
mencium tangan Mamanya, lalu menuju kamar untuk istirahat.
Malam
pun tiba, Sinta dipanggil Papa untuk menuju ruang keluarga, Sinta sudah tau apa
yang akan dibicarakan Papanya. Dia menarik nafas panjang untuk menguatkan
hatinya dan segera menuju ruang keluarga. Di ruang
keluarga sudah ada Papa dan Mama. Sinta lalu duduk, dilihatnya Mama yang sedang
menahan kepedihan namun tak berani mengungkapkan itu. Hati Sinta semakin tak
kuasa melihat wanita yang melahirkan dan merawatnya itu terluka. Papa pun
memulai pembicaraan.
“Sinta, kami mengajakmu
berkumpul disini untuk membicarakan sesuatu yang penting, Nak.”
“Tentang apa Pa? Tanya
Sinta seolah-olah tak tahu apa yang akan dibicarakan Papanya.”
“Tentang keluarga kita.
Papa ingin menikahi Tante Nita, sekretaris di kantor Papa itu. Mama telah
mengizinkan Papa untuk menikah dengan Tante Nita. Bagaimana denganmu Nak?“
tanya Papa
“Kenapa Mama
mengizinkan Papa menikah lagi? “Air mata Sinta perlahan mulai menetes.
“ Mama ingin
menyenangkan hati dan menghormati keputusan Papa, Nak. InsyaAllah Mama kan
menjadi istri yang sholihah,” jawab Mama dengan lembut.
“ Ya Rabb, sungguh
mulia hati Mamaku. Semoga Engkau selalu memberinya kebahagian. Doa Sinta dalam
hati. Setelah lama berfikir, akhirnya Sinta mengizinkan Papanya menikah lagi.
Sinta ingin membahagiakan Papanya dan menjadi gadis yang tegar seperti Mamanya
itu.
“ Bagaimana denganmu
Nak ? “ Tanya Papa lagi.
“Sinta mengizinkan Papa
menikah lagi tapi dengan dua syarat. Sinta ingin merayakan ulangtahun Sinta yang
ke-17 di restaurant Dixie dan disana hanya ada Sinta, Mama dan Papa. Papa juga
harus menikah dengan Tante Nita sebulan setelah Sinta berumur 17 tahun” desak Sinta..
“Pasti itu Nak, Papa
akan mengabulkan permintaanmu” jawab Papa sambil memeluk Mama dan Sinta.
Hati Sinta terasa
bahagia melihat Papa dan Mamanya tersenyum meskipun hatinya merasa sulit
menerima Tante Nita.
###########################################################################
Malam
Minggu pun tiba, hari ini usia Sinta tepat 17 tahun. Sinta berharap hari ini
bisa membuat hubungan Sinta dan Papanya kembali baik setelah hubungan mereka
agak renggang beberapa hari ini. Sinta dan Papa Mamanya bersiap-siap untuk
pergi ke restaurant Dixie. Setelah selesai siap-siap, mereka segera menuju
restaurant kesukaannya Sinta dan Papa Mamanya itu. Hanya butuh beberapa menit
untuk sampai ke restaurant itu. Ketika mereka sedang memasuki restaurant Dixie,
Papa Sinta melihat Tante Nita sedang makan malam bersama laki-laki lain. Segera
Papa Sinta menghampiri Tante Nita dan laki-laki itu. Sinta dan Mamanya hanya
terdiam melihat itu semua.
“Sedang apa kamu disini
Ta? Siapa laki-laki itu?” Tanya Papa kepada Tante Nita.
Tante Nita hanya
terdiam dan laki-laki itu pun menjawab, “ Justru saya yang tanya Anda itu
siapa? Kenapa bertanya seperti itu kepada istri saya?”
“Istri????Apa itu benar
Ta? Jadi selama ni kamu membohongi saya?”Tanya Papa dengan penuh kemarahan.
“Maaf Mas, ini suami
saya. Sebenarnya Saya tidak sungguh-sungguh mencintai Mas melainkan saya hanya
menginginkan harta Mas.” Jawab Tante Nita lirih.
Suami Tante Nita pun
terkejut, begitu juga dengan Papa.
“Pllaaakkkkk!!! Sebuah
tamparan dari Papa melayang dipipi Tante Nita. Ternyata selama ini kamu hanya
ingin menghancurkan keluarga saya. Benar-benar kurang hajar kamu. Pernikahan
kita saya batalkan!!!!!” Emosi Papa memuncak.
“Sudah…sudah…Mama pun
menengahi pertengkaran ini. Kita selesaikan ini semua dengan kepala dingin Pa.
Masalah akan semakin runyam jika kita dikendalikan oleh emosi kita.” Kata Mama
yang begitu halus.
“Ya Rabb, aku sungguh
kagum dengan sikap Mama yang penyabar. Apa ini balasan-Mu untuk Mama karena
Mama begitu sabar Ya Rabb?”Tanya Sinta dalam hati.
Akhirnya Papa, Mama,
Sinta, Tante Nita dan suami Tante Nita duduk untuk menyelesaikan masalah ini.
Setelah Tante Nita menjelaskan semua kepada suaminya dan minta maaf kepada
keluarga Sinta, masalah pun selesai. Tak lama kemudian Tante Nita dan suaminya
pamit pulang. Kini Papa yang minta maaf kepada Mama, Papa merasa menyesal
karena telah menyianyiakan istri seperti Mama dan minta maaf kepada Sinta
karena telah mengorbankan keluarganya untuk wanita lain. Mama dan Sinta pun membuka
lebar pintu maaf untuk Papa. Sinta pun merayakan ulangtahunnya bersama orangtua
yang sangat dihormatinya itu. Canda tawa pun ikut menghiasi kebahagiaan mereka.
Terimakasih Ya Rabb… Engkau telah mengembalikan keluargaku dan menjadikan semua
ini kado terindah untukku. Lindungi Papa dan Mama dimanapun mereka berada Ya
Rabb, jadikan semua ini pelajaran supaya keluargaku semakin kokoh. Amiin…. J
……….SELESAI……..
0 komentar:
Posting Komentar