Senin, 21 Mei 2012

cerpenku :)

Diposting oleh dianatun nafisah di 05.36
Sinar matahari mulai memasuki kamar Sinta melalui celah-celah jendela di kamarnya. Sinta pun terbangun dan perlahan membuka matanya. Namun matanya terasa berat dan sembab. Yahh.….. Tadi malam setelah menangis Sinta tertidur dengan lelapnya. Tiba-tiba kepala Sinta pusing saat teringat pertengkaran orangtuanya tadi malam. Kata-kata orangtuanya muncul satu persatu diotaknya dan tiba-tiba kejadian itu terlintas jelas dibenaknya.
“Ma, Papa ingin menikahi Nita, sekretaris di kantor Papa itu. Papa sangat mencintainya Ma,” desak Papa.
“ Tapi bagaimana dengan nasib Sinta? Apa Papa tidak memikirkan perasaan Sinta?” Kata Mama sambil menguatkan hatinya.
“Baiklah, Papa akan mengajak Sinta untuk membicarakan masalah ini.”
Papa keluar meninggalkan Mama yang sedang terduduk lemah.




            Air mata Sinta perlahan mulai menetes dan hatinya terasa pilu sekali. Namun Sinta tak mau terlihat lemah, dia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah selesai siap-siap, Sinta langsung menuju ruang makan untuk sarapan bersama orangtua yang sangat dicintainya itu. Saat Sinta duduk dilihatnya kedua orangtuanya itu, mata Mama terlihat sembab dan Papa sama sekali tidak menyinggung masalah tadi malam. Setelah selesai makan, Sinta beranjak dari tempat duduk dan berpamitan kepada orangtuanya sambil mengecup kedua pipi dan tangan orangtuanya. Sinta lalu meninggalkan rumah.


            Tak lama kemudian Sinta sampai di sekolah. Setelah duduk dan mempersiapkan diri untuk belajar, bel masuk pun berbunyi. Siswa berhamburan menuju kelas dan duduk di tempat masing-masing. Waktu terus berjalan, siswa mengikuti pelajaran dengan tenang sampai bel yang dinantikan siswa-siswa pun berbunyi. Siswa berhamburan meninggalkan sekolah dan menuju rumah masing-masing, begitu juga dengan Sinta. Selama perjalanan Sinta hanya melamun sampai dia tak sadar bahwa dia sudah sampai rumah . Sinta mengucapkan salam dan mencium tangan Mamanya, lalu menuju kamar untuk istirahat.

Malam pun tiba, Sinta dipanggil Papa untuk menuju ruang keluarga, Sinta sudah tau apa yang akan dibicarakan Papanya. Dia menarik nafas panjang untuk menguatkan hatinya  dan  segera menuju ruang keluarga. Di ruang keluarga sudah ada Papa dan Mama. Sinta lalu duduk, dilihatnya Mama yang sedang menahan kepedihan namun tak berani mengungkapkan itu. Hati Sinta semakin tak kuasa melihat wanita yang melahirkan dan merawatnya itu terluka. Papa pun memulai pembicaraan.
“Sinta, kami mengajakmu berkumpul disini untuk membicarakan sesuatu yang penting, Nak.”
“Tentang apa Pa? Tanya Sinta seolah-olah tak tahu apa yang akan dibicarakan Papanya.”
“Tentang keluarga kita. Papa ingin menikahi Tante Nita, sekretaris di kantor Papa itu. Mama telah mengizinkan Papa untuk menikah dengan Tante Nita. Bagaimana denganmu Nak?“ tanya Papa
“Kenapa Mama mengizinkan Papa menikah lagi? “Air mata Sinta perlahan mulai menetes.
“ Mama ingin menyenangkan hati dan menghormati keputusan Papa, Nak. InsyaAllah Mama kan menjadi istri yang sholihah,” jawab Mama dengan lembut.
“ Ya Rabb, sungguh mulia hati Mamaku. Semoga Engkau selalu memberinya kebahagian. Doa Sinta dalam hati. Setelah lama berfikir, akhirnya Sinta mengizinkan Papanya menikah lagi. Sinta ingin membahagiakan Papanya dan menjadi gadis yang tegar seperti Mamanya itu.
“ Bagaimana denganmu Nak ? “ Tanya Papa lagi.
“Sinta mengizinkan Papa menikah lagi tapi dengan dua syarat. Sinta ingin merayakan ulangtahun Sinta yang ke-17 di restaurant Dixie dan disana hanya ada Sinta, Mama dan Papa. Papa juga harus menikah dengan Tante Nita sebulan setelah Sinta berumur 17 tahun”  desak Sinta..
“Pasti itu Nak, Papa akan mengabulkan permintaanmu” jawab Papa sambil memeluk Mama dan Sinta.
Hati Sinta terasa bahagia melihat Papa dan Mamanya tersenyum meskipun hatinya merasa sulit menerima Tante Nita.

###########################################################################

Malam Minggu pun tiba, hari ini usia Sinta tepat 17 tahun. Sinta berharap hari ini bisa membuat hubungan Sinta dan Papanya kembali baik setelah hubungan mereka agak renggang beberapa hari ini. Sinta dan Papa Mamanya bersiap-siap untuk pergi ke restaurant Dixie. Setelah selesai siap-siap, mereka segera menuju restaurant kesukaannya Sinta dan Papa Mamanya itu. Hanya butuh beberapa menit untuk sampai ke restaurant itu. Ketika mereka sedang memasuki restaurant Dixie, Papa Sinta melihat Tante Nita sedang makan malam bersama laki-laki lain. Segera Papa Sinta menghampiri Tante Nita dan laki-laki itu. Sinta dan Mamanya hanya terdiam melihat itu semua.
“Sedang apa kamu disini Ta? Siapa laki-laki itu?” Tanya Papa kepada Tante Nita.
Tante Nita hanya terdiam dan laki-laki itu pun menjawab, “ Justru saya yang tanya Anda itu siapa? Kenapa bertanya seperti itu kepada istri saya?”
“Istri????Apa itu benar Ta? Jadi selama ni kamu membohongi saya?”Tanya Papa dengan  penuh kemarahan.
“Maaf Mas, ini suami saya. Sebenarnya Saya tidak sungguh-sungguh mencintai Mas melainkan saya hanya menginginkan harta Mas.” Jawab Tante Nita lirih.
Suami Tante Nita pun terkejut, begitu juga dengan Papa.
“Pllaaakkkkk!!! Sebuah tamparan dari Papa melayang dipipi Tante Nita. Ternyata selama ini kamu hanya ingin menghancurkan keluarga saya. Benar-benar kurang hajar kamu. Pernikahan kita saya batalkan!!!!!” Emosi Papa memuncak.
“Sudah…sudah…Mama pun menengahi pertengkaran ini. Kita selesaikan ini semua dengan kepala dingin Pa. Masalah akan semakin runyam jika kita dikendalikan oleh emosi kita.” Kata Mama yang begitu halus.
“Ya Rabb, aku sungguh kagum dengan sikap Mama yang penyabar. Apa ini balasan-Mu untuk Mama karena Mama begitu sabar Ya Rabb?”Tanya Sinta dalam hati.
Akhirnya Papa, Mama, Sinta, Tante Nita dan suami Tante Nita duduk untuk menyelesaikan masalah ini. Setelah Tante Nita menjelaskan semua kepada suaminya dan minta maaf kepada keluarga Sinta, masalah pun selesai. Tak lama kemudian Tante Nita dan suaminya pamit pulang. Kini Papa yang minta maaf kepada Mama, Papa merasa menyesal karena telah menyianyiakan istri seperti Mama dan minta maaf kepada Sinta karena telah mengorbankan keluarganya untuk wanita lain. Mama dan Sinta pun membuka lebar pintu maaf untuk Papa. Sinta pun merayakan ulangtahunnya bersama orangtua yang sangat dihormatinya itu. Canda tawa pun ikut menghiasi kebahagiaan mereka. Terimakasih Ya Rabb… Engkau telah mengembalikan keluargaku dan menjadikan semua ini kado terindah untukku. Lindungi Papa dan Mama dimanapun mereka berada Ya Rabb, jadikan semua ini pelajaran supaya keluargaku semakin kokoh. Amiin…. J

……….SELESAI……..

0 komentar:

Posting Komentar

 

dianafisah Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea